Senin, 16 Februari 2015

Hukum ke Nol Termodinamika



Sejarah Perkembangan Hukum ke-0 Termodinamika

            Pada dasarnya, termodinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang panas sebagai energy yang mengalir. Oleh karena itu, sejarah berkembangnya ilmu termodinamika berawal sejak manusia mulai “memikirkan” tentang panas. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Aristoteles (350 SM). Dia mengatakan bahwa panas adalah bagian dari materi atau materi tersusun dari panas.
            Penalaran yang dilakukan oleh Aristoteles diteruskan oleh Galileo Galilei (1593) yang menganggap bahwa panas adalah sesuatu yang dapat diukur dengan penemuannya berupa thermometer air. Beberapa abad setelahnya Sir Humphrey Davy dan Count Rumford (1799) menegaskan bahwa panas adalah sesuatu yang mengalir. Kesimpulan ini mendukung prinsip kerja thermometer, tapi membantah pernyataan Aristoteles. Seharusnya Hukum ke-0 Termodinamika dirumuskan saat itu, tapi karena termodinamika belum berkembang sebagai ilmu, maka belum terpikirkan oleh para ilmuwan.
Dua system dalam keadaan setimbang dengan system ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya”.

Penalaran Aristoteles yang diteruskan oleh Galileo Galilei
 




2.2 Kesetimbangan Termal

            Suatu campuran gas yang dinyatakan dalam komposisi, massa, tekanan, dan volum, dari percobaan ditemukan bahwa untuk komposisi dan massa konstan, harga volum dan tekanan system dapat berbeda-beda. Jika tekanan dibuat tetap, volumnya dapat diubah-ubah demikian pula sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan tekanan dan volum merupakan koordinat bebas. Jadi untuk system dan massa tetap dan komposisi tetap masing-masing hanya memerlukan sepasang koordinat bebas. Jadi system akan memcapai keaadan kesetimbangan apabila system memiliki sepasang koordinat bebas yang konstan selama kondisi eksternal tidak berubah. Kesetimbangan termal dapat dicapai apabila suhu pada setiap titik pada seluruh system adalah seragam dan sama dengan suhu lingkungan. Misalkan terdapat dua benda A dan B, benda A terasa dingin oleh tangan dan benda B terasa panas oleh tangan. Apabila kedua benda tersebut disentuhkan, pada keduanya akan terjadi perubahan sifat. Pada suatu saat tidak terjadi lagi perubahan sifat tersebut maka A dan B dikatakan mencapai kesetimbangan termal. Sifat yang berubah ini disebut suhu. Jadi kita dapat mengatakan bahwa benda A dan B mempunyai suhu yang sama.
Bila dua system satu sama lain berada dalam kesetimbangan termal, suhu kedua system tersebut adalah sama”.

2.3 Hukum ke-0 Termodinamika

            Sifat dari suatu benda berubah ketika kita mengubah temperaturnya, misalnya dengan memindahkan benda tersebut dari kulkas ke open. Seperti beberapa contoh nyata: sejalan dengan peningkatan suhu, volume dari suatu cairan akan meningkat, batang logam mengalami pertambahan panjang, dan hambatan listrik dari kawar meningkat, seperti halnya tekanan yang diberikan oleh gas. Kita dapat menggunakan salah satu dari sifat – sifat sebagai dasar instrumen yang akan membantu kita mempelajari konsep dari suhu.
Sebuah termoskop. Nilai akan meningkat ketika perangkat dipanaskan dan menurun ketika didinginkan
 



             



Gambar diatas menunjukkan salah satu instrument pengukur. Setiap insinyur dapat mendesain dan membuat instrument tersebut dengan menggunakan salah satu dari sifat yang tercantum diatas. Instrumen ini dilengkapi dengan tampilan pembacaan (umpamanya, dengan Bunsen burner), nomor yang ditampilkan mulai meningkat, jika Anda kemudian memasukkannya ke dalam kulkas, nomor yang ditampilkan mulai menurun. Instrumen ini tidak dikalibrasikan dengan cara apapun, dan nilai yang ditampilkan belum memiliki pengertian fisis. Perangkat tersebut adalah termoskop tapi tidak (belum) digolongkan sebagai thermometer.
                       
             
Keterangan Gambar :
(a)    Benda T (termoskop) dan benda A berada dalam kesetimbangan termal. (benda S adalah isolasi termal).
(b)   Benda T dan B juga dalam kesetimbangan termal, nilai dibaca sama oleh termoskop tersebut.
(c)    Jika (a) dan (b) memiliki nilai yang sama, Hukum Termodinamika ke-0 menyatakan bahwa benda A dan B juga dalam kesetimbangan termal.
 











                                                                                                                       








            Anggaplah, seperti yang ditampilkan pada gambar di atas, kita menempatkan termoskop (yang akan kita sebut benda T) pada situasi kontak secara langsung dengan benda lain (benda A). Seluruh system terkurung dalam kotak isolasi berdinding tebal. Angka-angka yang ditampilkan oleh termoskop akan terus berubah, hingga akhirnya angka tersebut mencapai titik stabilnya (mari kita anggap angka yang terbaca adalah “137,04”) dan tidak ada perubahan lebih lanjut terjadi. Dan kita menganggap bahwa setiap pengukuran benda T dan benda A telah stabil atau tidak berubah. Lalu dapat kita katakana bahwa dua benda berada dalam kesetimbangan panas satu sama lain. Meskipun pembacaan untuk benda T belum dikalibrasi, kita dapat menyimpulkan bahwa benda T dan benda A pasti berada pada suhu (tidak diketahui) yang sama.
            Selanjutnya kita misalkan benda T untuk mengalami kontak langsung dengan benda B (gambar diatas) dan kita temukan bahwa kedua benda berada pada kesetimbangan termal yang sama pada pembacaan termoskop. Dan pastinya benda T dan benda B berada pada suhu (masih belum diketahui) yang sama. Jika kita sekarang menempatkan benda A dan B ke untuk mengalami kontak langsung (gambar diatas), apakah kedua benda tersebut akan langsung mengalami ksetimbangan termal satu sama lain? Dalam eksperimen, kita menemukan bahwa kedua benda mengalami kesetimbangan.
            Fakta eksperimen yang ditunjukkan pada gambar disamping tercakup dalam Hukum ke-0 Termodinamika :
Jika benda A dan B masing – masing dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga yaitu T, maka A dan B berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain.
 



            Dalam bahasa yang sederhana, maksud dari hokum ke – nol adalah : “setiap benda memiliki property yang disebut temperature. Ketika dua benda berada dalam kesetimbangan termal, temperatur mereka adalah sama. Dan sebaliknya.” Sehingga kami sekarang dapat membuat termoskop kita (benda T sebagai benda ketiga) sebagai thermometer yang dipercaya bahwa pembacaanya akan memiliki makna fisis. Yang harus kita lakukan adalah mengkalibrasi alat tersebut.
            Kita menggunakan Hukum ke-0 Termodinamika terus menerus di laboratorium. Jika kita ingin mengetahui apakah cairan dalam dua gelas berada pada suhu yang sama, maka kita dapat mengukur suhu masing – masing dengan termometer. Kita tidak perlu membawa cairan dalam gelas untuk berkontak secara langsung dan selanjutnya hanya perlu mengamati apakah mereka dalam keadaan kesetimbangan termal atau tidak.
            Hukum ke-0 Termodinamika pada tahun 1930-an, jauh setelah hukum  pertama dan kedua termodinamika dan dinomori. Karena konsep temperatur adalah dasar kedua hukum, maka hukum yang menetapkan suhu sebagai konsep yang valid harus memiliki nomor terendah sehingga diberi nomor nol.
            Dari pandangan mikroskopik, temperature merupakan pengejawantahan kegiatan molekul. Peningkatan temperature akan diikiti oleh peningkatan serentak pada energy kinetic molekul tersebut. Apabila dua system gas ideal berada dalam kesetimbangan termal, energy kinetic rerata (average) molekul akan sama untuk kedua system ini.
            Temperature dapat diukur hanya dengan metode tak langsung. Umumnya kalor dipindahkan ke suatu instrumen seperti benda C, dan perubahan akibat temperature pada sejumlah sifat atau tanggapan (response) C diukur. Suatu sifat yang berubah nilainya sebagai fungsi temperature disebut sifat termometrik. Contoh – contoh sifat termometrik termasuk panjang kolam cairan dalam suatu bumbung kapiler yang dihubungkan dengan bola. Tekanan gas bermassa tetap yang dipertahankan pada volume konstan, volume gas bermassa tetap yang dipertahankan pada tekanan konstan, tahanan listrik kawat logam pada tekanan atmosfer, dan medan elektromagnetik termokopel.
            Dalam membuat skala temperatur, suatu bilangan sembarang ditetapkan untuk menyajikan satu titik tetap dan temperatur lain dinyatakan dengan titik tetap ini sebagai acuan. Pada tahun 1954, Kelvin menyatakan bahwa suatu titik tetap, seperti titik triple air (es, air cair, dan uap muncul bersama dalam kesetimbangan), sudah cukup untuk menentukan dasar skala temperature mutlak. Titik tetap ini telah dipakai pada 1954 oleh Konferensi Internasional Kesepuluh tentang Bobot dan Ukuran karena ketelitian yang tinggi yang dapat ditentukan dengan titik tetap ini, dan nilainya telah ditetapkan pada 273,16 K. Sebelumnya, kedua titik tetap yang menentukan skala temperature ialah titik es, yang merupakan cair es pada tekanan atmosfer standard an temperature ini 0,01°C di bawah titik tripel, dan titik uap yang merupakan temperatur titik didih air pada tekanan atmosfer standar.

2.4 Termometri

            Temperature perlu ditentukan secara kuantitatif dan penentuan atau cara penentuan ini disebut termometri. Pada taraf pertama, secara langsung kita dapat merasakan ukuran temperature melalui panca-indera.
            Kita mengenal bahwa ukuran temperature adalah suatu besaran scalar dan besaran ini dapat berubah – ubah. Kita mengetahui juga bahwa zat atau zat – zat yang berlainan temperaturnya bila dicampur, akhirnya jika tidak terganggu, akan mencapai suatu keadaan keseimbangan yakni mempunyai suatu ukuran temperature yang sama yang terletak di antara kedua ukuran temperature semula. Selanjutnya dapat diketahui pula bahwa perubahan temperatur dari suatu benda atau zat mengubah fisis atau sifat fisis serta dimensi dari benda atau zat tersebut. Sifat ini dapat dipergunakan untuk menentukan ukuran temperatur secara tidak langsung. Alat untuk mengukur temperatur ini disebut termometer.
            Cara yang paling sederhana untuk menentukan suhu sejumlah system adalah memilih salah satu system sebagai indicator kesetimbangan termal antara system ini dengan system – system lainnya. System yang dipilih ini disebut thermometer.
            Kualitas dari sebuah thermometer ditentukan oleh kepekaannya, ketelitiannya, dan keterulangannya (dapat diperbanyak) serta kecepatanya mencapai kesetimbangan termal dengan system lainnya.
Nama Termometer
Sifat Termometrik
Gas volume konstan
Tekanan
Termokopel tegangan mekanis tetap
Elektromotansi termal
Hambatan listrik tegangan tetap
Daya hambat tetap
Uap helium jenuh
Tekanan
Garam paramagnetic
Suseptibiltas magnetic
Radiasi benda hitam
Emitansi radian
Termometer semikonduktor
Tegangan atau arus listrik
Termometer LCD
Beda potensial
Pirometer radiasi
Radiasi
Termometer dengan sifat termometriknya


            Termometer gas volume konstan

Di antara sifat termometrik yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah tekanan gas dijaga pada volume konstan. Thermometer gas volume konstan atau thermometer gas ideal yaitu :









Thermometer ini terutama dipakai di lembaga standard an lembaga riset universitas. Thermometer ini biasanya besar dan lambat mencapai kesetimbangan termalnya. Thermometer terdiri dari sebuah tabung yang dapat terbuat dari gelas, porselen, kuarsa, platinum, atau platinum iridium dan manometer raksa. Keduanya dihubungkan dengan pipa kapiler. Tabung C diisi gas, umumnya hydrogen atau helium ditempatkan pada system yang akan diukur suhunya. Pipa A dinaikkan atau diturunkan hingga raksa pada pipa B berada pada tanda yang diberikan. Tinggi kolom cairan y sebanding dengan tekanan tolok gas dalam bola gelas. Tinggi y akan berubah bila tekanan gas dalam bola gelas berubah.
Dari suatu percobaan yang dilakukan pada gambar diatas, kita lihat bahwa semua gas pada suhu tertentu memberikan nilai pv yang sama ketika tekanannya sangat rendah yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Oleh karenanya besaran pv dapat digunakan sebagai sifat termometrik untuk mengukur suhu, tak peduli apapun gasnya. Pada tekanan yang sangat rendah, pv berubah secara linier terhadap T. Artinya, pada thermometer gas volume konstan, tak peduli sifat gasnya, semua thermometer gas mendekati pembacaan yang sama ketika tekanan gasnya mendekati nol.

Pembacaan thermometer gas volume konstan untuk mengatur pengembunan uap air dan benda yang sedang diuji.
 










            Apabila thermometer dikontakkan pada system yang hendak diukur suhunya dan kemudian dikontakkan pada system acuan, persamaanya berlaku dan diperoleh :
T (K) = 273,16
 




            ptp adalah tekanan mutlak pada saat thermometer dalam keadaan kesetimbangan dengan titim triple air.
            Apabila thermometer ini diisi gas 3He tekanan rendah, suhu gas ideal yang dapat diukur adalah sekitar 5K.

(a)   Thermometer besi-konstantan untuk mengindera perbedaan suhu antara hubungan acuan dengan hubungan uji
(b)   Thermometer gelas berisi cairan
 












           


2.4.1 Syarat – syarat Termometri

            Untuk mengukur temperatur suatu benda dapat digunakan zat yang sifat fisisnya (thermometric property-nya) dapat berubah karena perubahan temperatur. Diharapkan perubahan sifat fisis ini semaksimal mungkin dapat menunjukkan perubahan-perubahan temperatur yang sekecil mungkin. Oleh sebab itu, dalam pengukuran temperatur (termometri) dengan menggunakan perubahan sifat fisis suatu zat diperlukan syarat-syarat termometri sebagai berikut.
1. Zat yang digunakan,
2. Sifat fisis zat (thermometric property), dan
3. Tingkatan kuantitatif yang menyatakan besar kecilnya temperatur.

Ketiga syarat termometri ini saling kait mengait sulit untuk dipisahkan. Sifat fisis tergantung pada zat yang digunakan, sedangkan batas-batas ukuran kuantitatif yang dapat dicapai termometer bergantung kepada zat dan sifat fisis zat yang digunakan. Oleh sebab itu, dalam pembuatan termometer harus diperhatikan ketiga syarat termometri tersebut. Adapun zat yang sering digunakan dalam pengukuran temperatur (termometri) antara lain:
1. zat padat, misalnya: platina dan alumel.
2. zat cair, misalnya: airraksa (raksa) dan alkohol.
3. zat gas, misalnya: udara, zat air, dan zat lemas.

Sifat-sifat fisis zat yang sering digunakan dalam pengukuran temperatur (termometri) antara lain:
1. perubahan volume gas.
2. perubahan tekanan gas.
3. perubahan panjang kolom cairan.
4. perubahan harga hambatan listrik atau hambatan jenis.
5. perubahan gaya gerak listrik.
6. perubahan harga kuat arus listrik.
7. perubahan intensitas cahaya karena perubahan temperatur.
8. perubahan warna zat.
9. perubahan panjang dua logam yang berlainan jenisnya.

Tingkatan yang menyatakan besar kecilnya temperatur ditunjukkan oleh nilai atau harga temperatur. Penentuan harga ini harus dapat direproduksi, artinya, jika temperatur dari suatu keadaan sudah dinyatakan dalam suatu harga, misalnya 500C, maka setiap kali kita memperoleh harga itu, keadaan sesungguhnya harus tepat sama dengan keadaan semula atau sebaliknya.
Dalam pengukuran temperatur ada korespondensi timbal balik antara keadaan temperatur dan angka atau harga temperatur itu serta keajegan penunjukkannya. Untuk ini diperlukan suatu patokan yang tetap. Dengan patokan harga yang tetap, pengertian tentang patokan itu sendiri, dan perkembangan ilmu yang mendasarinya, maka timbul bermacam-macam jenis termometer, timbul berbagai macam derajat temperatur, dan masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan pengukuran temperatur. Oleh sebab itu, akan dibahas tentang jenis-jenis termometer, derajat temperatur, dan skala temperatur.


            Kita pertama kali mendefinisikan dan mengukur suhu pada skala Kelvin. Kemudian kita mengkalibrasi termoskop untuk membuat jadi thermometer.
Titik Tripel Air
            Untuk mengatur skala suhu, kita pilih beberapa fenomena termal dan menetapkan suhu Kelvin tertentu sebagai lingkungannya. Artinya, kita memilih titik tetap standar dan memberikan titik temperature standar. Kita bisa memilih antara titik beku atau titik didih air, tetapi, karena alasan teknis, kita memilih titik triple air.
            Air dalam bentuk cair, es padat, dan uap air (gas) dapat berdampingan dalam kesetimbangan termal hanya pada satu set nilai tekanan dan suhu. Gambar dibawah ini, menunjukkan sel triple-point, dimana tuga titik dapat ia buktikkan dari percobaan dalam laboratorium. Sesuai dengan perjanjian internasional, titik triple air ditentukan pada nilai 273,16 K sebagai suhu titik standar untuk kalibrasi thermometer, yaitu
T3 = 273,16 K (titik triple temperature)
 


            Dimana subskrip tiga berarti “tiga titik”. Persetujuan ini juga menetapkan ukuran Kelvin sebagai perbedaan antara nol mutlak dari titik triple suhu air sebesar 1/273,16.
            Perhatikan bahwa kita tidak menggunakan tanda derajat dalam penyajian data menggunakan suhu Kelvin (bukan 300°K), dan dibaca “300 Kelvin” (bukan “300 derajat Kelvin”). Aturan SI-pun berlaku dalam hal ini. Jadi 0,0035 K sebanding dengan 35mK. Tidak ada perbedaan penyebutan yang dibuat antara suhu Kelvin dan perbedaan suhu, sehingga kita dapat menulis, “titik didih belerang adalah 717,8 K” dan “suhu air mandi ini dinaikkan sampai sebesar 8,5 K”.

Dalam sistem satuan internasional telah disepakati, bahwa titik acuan untuk temperatur adalah temperatur tripel air. Temperatur tripel air adalah temperatur air murni yang berada dalam keadaan setimbang termal dengan es dan uap air jenuhnya. Temperatur ini berharga 273,16 K (Kelvin) dan dapat direalisasikan dengan menggunakan sel tripel.

Jika T = temperatur yang hendak diketahui, X = harga Thermometric Property pada temperatur yang hendak diukur, T1 = temperatur acuan yang dipilih, dan X1 = harga Thermometric Property pada temperatur acuan atau temperatur yang dipilih, maka dengan menggunakan temperatur titik tripel dapat diperoleh persamaan:

T = 273,16 (X / X1) K (Kelvin)

 

















            Hukum ke nol termodinamika berhubungan dengan kesetimbangan termal antara benda benda yang saling bersentuhan. Untuk memahami konsep keseimbangan termal secara lebih mendalam, mari kita tinjau 3 benda (sebut saja benda A, benda B dan benda C). Benda C bisa dianggap sebagai termometer. Misalnya benda A dan benda B tidak saling bersentuhan, tetapi benda A dan benda B bersentuhan dengan benda C. Karena bersentuhan, maka setelah beberapa saat benda A dan benda C berada dalam keseimbangan termal. Demikian juga benda B dan benda C berada dalam keseimbangan termal. benda A dan benda B juga berada dalam keseimbangan termal, sekalipun keduanya tidak bersentuhan. Benda A dan benda C berada dalam keseimbangan termal, berarti suhu benda A = suhu benda C. Benda B dan benda C juga berada dalam keseimbangan termal (suhu benda B = suhu benda C). Karena A = C dan B = C, maka A = B. Berdasarkan hasil percobaan, ternyata benda A dan benda B juga berada dalam keseimbangan termal. Dalam hal ini, suhu benda A = suhu benda B. Jadi walaupun benda A dan benda B tidak bersentuhan, tapi karena keduanya bersentuhan dengan benda C, maka benda A dan benda B juga berada dalam keseimbangan termal. Hukum ke nol berbunyi “Jika dua benda berada dalam keseimbangan termal dengan benda ketiga, maka ketiga benda tersebut berada dalam keseimbangan termal satu sama lain.” 

Dalam kehidupan sehari hari hukum ke nol ini banyakan ditemukan atau di gunakan. Seperti pada saat kita memasukkan es batu kedalam air hangat, yang terjadi yaitu es batu akan mencair (suhu es meningkat) dan suhu air hangat menjadi turun, kemudian lama kelamaan es nya mencair semua dan tinggalah air dingin. Air dingin ini menunjukkan campuran antara es batu dan air hangat yang bersuhu sama atau kata lainnya sudah masuk dalam keadaan kesetimbangan termal.contoh lainnya yaitu pada saat kita memasak air didalam panci, benda pertama panci dan benda kedua air. Panci dibakar dengan api sehingga temperaturnya berubah. Air yang bersentuhan dengan panci juga temperaturnya naik dan akhirnya air mendidih. 

Aplikasi lainnya yaitu pengukuran termperatur. Pengukuran temperatur ini berdasarkan prinsip hukum termodinamika ke nol. Jika kita ingin mengetahui apakah dua benda memiliki temperatur yang sama, maka kedua benda tersebut tidak perlu disentuhakan dan diamati perubahan sifatnya. Yang perlu dilakukana adalah mengamati apakah kedua benda tersebut mengalami kesetimbangan termal dengan benda ketiga. Benda ketiga tersebut adalah termometer. Biasanya yang digunakan dalam termometer adalah benda yang mempunyai sifat termometrik yaitu benda apapun yang memiliki sedikitnya satu sifat yang berubah terhadap perubahan temperatur. Termometer yang sering kita jumpai adalah termometer kaca. Termometer kaca terdiri dari pipa kaca kapiler yang berhubungan dengan bola kaca yang berisi cairan air raksa atau alkohol. Ruang di atas cairan berisi uap cairan atau gas inert. Saat temperatur meningkat, volume cairan bertambah sehinggan panjang cairan dalam pipa kapiler bertambah. Panjang cairan dalam pipa kapiler bergantung pada temperatur cairan. Jenis termometer lainnya yaitu termometer volume gas tetap yang memiliki ketelitian dan keakuratan yang sangat tinggi, sehingga digunakan sebagai instrumen standart untuk pengkalibrasian termometer lainnya. Termometer ini menggunakan gas sebagai senyawa termometrik (umumnya hidrogen dan helium), dengan memanfaatkan sifat termometrik berupa tekanan yang dihasilkan gas. Tekanan yang dihasilkan diukur menggunakan manometer air raksa tabung terbuka. Ketika temperatur meningkat, gas memuai sehingga mendorong air raksa dalam tabung terbuka ke atas. Volume gas dipertahankan tetap dengan menaikkan dan menurunkan reservoir. Deteksi temperatur lainnya yang luas digunakan adalah termokopel. Termokopel bekerja berdasarkan prinsip apabila ada dua buah metal dari jenis yang berbeda dilekatkan, maka dalam rangkaian tersebut akan dihasilkan gaya gerak listrik yang besarnya bergantung terhadap temperatur. Dari semua contoh termometer yang telah disebutkan, pada dasarnya prinsipnya sama yaitu ketika termometer menyetuh benda dengan suhu tertentu maka akan terjadi kesetimbangan termal yang ditunjukkan oleh termometer berupa pemuaian pada termomter kaca, perubahan tekanan pada termometer gas tetap, dan gaya gerak listrik pada termokopel.

2.5 Teknologi yang Terkait dengan Konsep Hukum ke-0 Termodinamika

            Teknologi yang terkait dengan konsep Hukum ke-0 Termodinamika yaitu :
Penerapan termodinamika secara teknik (dalam perencanaan) yaitu :
Refrigerasi dan Pengkondisian Udara
- Pembangkit Daya Listrik
- Motor Bakar  
- Sistem pemanasan surya
- Pesawat Terbang
- Dan sebagainya
·                     Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap :
Energi kimia  atau  energi nuklir  dikonversikan  menjadi  energi  termal  dalam ketel uap  atau  reaktor nuklir.  Energi ini  dilepaskan  ke air, yang  berubah  menjadi  uap.  Energi uap ini  digunakan  untuk  menggerakkan turbin uap,  dan energi mekanis yang dihasilkan  digunakan untuk meng- gerakkan generator untuk menghasilkan daya listrik.


·                     Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air :
Energi  potensial  air  dikonversikan  menjadi  energi  mekanis  melalui penggunaan turbin air. Energi mekanis ini kemudian dikonversikan lagi Menjadi energi listrik oleh generator listrik yang disambungkan pada poros turbinnya.

·                     Motor pembakaran dalam 
Energi kimiawi bahan bakar dikonversikan menjadi kerja mekanis. Campuran udarabahanbakar dimampatkan dan pembakaran  dilakukan oleh busi. Ekspansi gas hasil pembakaran mendorong piston, yang menghasilkan putaran pada poros engkol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar