Kamis, 12 Maret 2015

HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
 
Kumpulan benda-benda atau objek telaah dalam termodinamika disebut sistem,    sedangkan   semua  yang terdapat di luar sistem  disebut lingkungan,  dan secara keseluruhan sistem dan  lingkungan membentuk  alam semesta.    Sistem dan lingkungan dibatasi oleh permukaan tertutup, dapat  berupa permukaan nyata atau permukaan  khayal.   Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi interaksi /pertukaran energi,  yang  mempunyai pengaruh langsung terhadap  keadaan sistem.   Interaksi sistem dengan lingkungan dapat dalam bentuk  perpindahan kalor,  perantaraan kerja,  pertukaran  energi,  perpindahan benda/zat sistem, atau  dapat pula  sekaligus  dengan  perpindahan   kalor dan perantaraan kerja,  sehingga  sistem  dapat dibedakan atas  3 macam, yaitu  :
Sifat atau keadaan  sistem  ditentukan  oleh  besaran-besaran seperti ; volume, tekanan,  temperatur,  kapasitas kalor,  massa jenis, dan lain sebagainya.  Besaran besaran yang  mempengaruhi  sifat-sifat  atau keadaan sistem  disebut koordinat termodinamika /koordinat sistem  atau variabel  keadaan sistem

A.    Keseimbangan  Termodinamik


Bila suatu sistem  dalam keadaan  setimbang termal, setimbang mekanik,  dan setimbang  kimia,  dikatakan sistem   tersebut berada  dalam keadaan setimbang termodinamik.   Dalam keadaan setimbang  antara  variabel-variabel sistem  memberikan gambaran   mengenai keadaan  sistem.   Hubungan antara  sesama  variebel/koordinat sistem disebut persamaan keadaan sistem.    Perubahan  salah satu atau lebih   variabel keadaan  sistem  disebut proses .    Jadi proses  dalam termodinamika  dapat diartikan sebagai   interaksi  antara sistem dan lingkungan  yang mengubah keadaan sistem  dari  keadaan keseimbangan awal (i) menjadi keseimbangan akhir (f), yang terdir dari beberapa proses, antara lain
1.         Proses  Kuasistatik,  yaitu proses  yang berlangsung  sangat lambat, sehingga  perubahan  koordinat termodinamiknya  dari  waktu ke waktu  kecil sekali.   Setiap saat  sistem hampir-hampir  dalam keadaan  setimbang termodinamik, sehingga  selama proses kuasistatik dianggap sistem berada dalam keseimbangan.    Dalam kenyataan  proses kuasistatik sebenarnya tidak ada,  dan ini merupakan suatu proses ideal  yang dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan.  Proses yang dijumpai dalam  kenyataan adalah  proses nonkuasistatik.
2.         Proses isometrik (isovolum, isokhorik)  adalah proses   yang berlangsung  pada volume tetap.
3.         Proses Isobarik adalah proses yang berlangsung  pada tekanan tetap
4.         Proses isotermal  adalah proses yang berlangsung  pada temperatur tetap.

B.     Persamaan Keadaan Sistem


1.   Hukum Boyle
Pada tahun 1660 Robert Boyle mengumumkan hasil eksperimennya secara kuantitatif mengenai sifat-sifat gas , yang merupakan salah satu dari eksperimen yang mula-mula dilakukan. Dia menemukan bahwa jika suhu suatu gas dikonstankan, sedangkan volumenya diubah-ubah, maka tekanannya juga berubah-ubah sedemikian rupa, sehingga hasil kali antara tekanan dan volume pada dasarnya tetap konstan. Secara matematis hubungan antara tekanan p, dan volume V dapat ditulis :

pV  = konstan,                                               (3-1)

yang lebih dikenal sebagai hukum Boyle. Sebenarnya, hasil kali pV, tidaklah selalu konstan, ketika tekanan gas berubah-ubah. Oleh sebab itu, untuk memudahkan, kita khayalkan suatu gas, yang disebut gas sempurna atau gas ideal, yang berdasarkan defenisi benar-benar tunduk hukum Boyle pada semua tekanan. Pada tekanan rendah, gas riel, atau gas sejati mendekati atau hampir sama dengan gas sempurna.
2.  Hukum Gay Lussac
Joseph Louis Gay -Lussac meneliti hubungan antara volume dan suhu pada tahun 1802, diikuti oleh peneliti-peneliti lain, seperti Jacques Ac Charles, yang namanya sering dikaitkan dengan Gay Lussac. Menurut Gay-Lussac :

V = Vo { 1 + β (t2 - t1)}                                     (3-2)           

Hubungan ini menunjukkan perubahan volume gas, bila terjadi perubahan suhu, dengan syarat tekanan selama proses haruslah konstan. Jika suhu awal t1 = 0 oC, maka :

V = Vo { 1 + βo t}                                        (3-3)
Dari persamaan di atas, jelas bahwa volume gas, merupakan fungsi linier dari suhu. Kenyataan lain yang diperoleh dari hasil percobaan adalah bahwa ternyata harga βo hampir sama untuk semua gas, yakni :

βo  =  0,003660 per Co,                                    (3-4)

yang hampir sama dengan1/273 .
 
 2. Persamaan Keadaan Gas Ideal
Hukum Boyle dan hukum Gay Lussac dapat digunakan untuk memperoleh persamaan tunggal yang menghubungkan tekanan, volume, dan suhu gas ideal. 


Interaksi sistem dengan lingkungan dapat dilakukan dengan  tiga  cara yaitu  
 kerja  atau usaha luar, pertukaran kalor, dan gabungan kerja dan pertukaran kalor.

1.  Kerja atau usaha luar
Misalkan di dalam silinder   yang tertutup piston  yang sangat tipis  (dianggap tak bermassa)  berisi gas seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Piston dapat bergerak maju/mundur tanpa gesekan.  Bila gaya yang dilakukan gas (F)  lebih besar dari  gaya yang diberikan  udara luar (F’)  maka piston  akan bergeser  ke arah luar  dikatakan  sistem  (gas) melakukan usaha luar .   Bila  F < F’ , maka piston  akan bergeser ke arah kiri,  dikatakan   usaha dilakukan terhadap sistem. 
Dalam mekanika, usaha yang dilakukan oleh/terhadap  sistem  memenuhi per-samaan 
   dengan  
dengan perjanjian sebagai berikut :
Bila  sistem (gas) berekspansi atau volume sistem bertambah sebesar dV,  maka dikatakan gas melakukan usaha luar  terhadap lingkungannya. Usaha luar ini dihitung negatif  (-),  karena energi  sistem  berkurang.  Sebaliknya, bila  gas mengalami kompressi, maka   usaha dilakukan oleh lingkungan terhadap gas. Usaha luar ini dihitung positif (+), karena energi sistem bertambah. Oleh sebab itu, secara umum kerja yang dilakukan oleh/pada  gas dapat ditulis
W   = -,                                              (3-14)

Besarnya usaha yang dilakukan  oleh /terhadap sistem,  sama dengan luas daerah di bawah kurva  pada grafik p-V,  dan  bergantung pada jalannya proses.  

Pandangan Makroskopik dan Mikroskopik

Pandangan Makroskopik dan Mikroskopik
I.6.1. PandanganMakroskopik
Uraian suatu sistem dengan menggunakan beberapa sifat yang dapat diukur
sebagai koordinat makroskopik, misalnya:
-Komposisi
-Volume sistem
-Tekanan gas
-Temperatur
MHZ 2
Ciri Khas Koordinat Makroskopik
-Koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus mengenai struktur
materi.
-Jumlah koordinatnya sedikit
-Koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita scara langsung.
-Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung
I.6.2. PandanganMikroskopik
Ciri khas mikroskopik
- Terdapat pengandaian secara struktur materi, yaitu molekul dianggap ada.
- Banyak kuantitas yang harus diperinci
- Kuantitas yang diperinci tidak berdasarkan penerimaan indera kita
- Kuantitas ini tidak bisa diukur.
MHZ 3
Kedua pandangan di atas terdapat hubungan, walaupun sepintas kelihatan
sangat berbeda contoh : kuantitas mikroskopik tekanan adalah perubahan
momentum rata-rata yang ditimbulkan oleh tumbukan molekular pada bidang yang
luasnya satu satuan.
Tekanan®dirasakan oleh indera kita, dialami, diukur.
Jika molekular diubah®konsep tekanan tetap (teori).
I.7. Kesetimbangan Termal
Keadaan setimbang dalam suatu sistem bergantung pada sistem lain yang ada di
dekatnya dan siafat dinding yang memisahkannya.
Dinding®adiabatik atau diaterm.
Contoh soal
MHZ 4
Dua buah logam memiliki koordinat termodinamik yang berbeda (kuantitas),
dipisahkan oleh dinding diaterm, maka kedua benda / logam akan mengalami
perubahan yang pada akhirnya akan mempunyai kuantitas yang sama ® disebut
kesetimbangan termal.
Sistem saling berinteraksi untuk mencapai kesetimbangan melalui dinding
diaterm.
1.Bila dua sistem A dan B yang dipisahkan oleh dinding adiabatik tetapi masingmasing
bersentuhan dengan sistem ketiga, yaitu C melalui dinding diaterm.
MHZ 5
Gambar 1.3. Keseimbangan Termal
Kedua sistem mencapai kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, dan tidak ada
perubahan lagi jika dinding adiabat yang memisahkan A dan B digantikan oleh
dinding diaterm.
Maka sistem gabungan akan tetap dalam kesetimbangan termal, disebut sebagai
Hukum Termo ke-Nol.
I.8. Konsep Temperatur
Temperatur (suhu) sebagai perasaan “panas” atau “dingin” bila kita menyentuh
MHZ 6
suatu benda.
Temperatur sistem : suatu sifat yang menentukan apakah sistem dalam
kesetimbangan termal dengan sistem lainnya.
Isoterm adalah kedudukan semua titik yang menggambarkan keadaan sistem dalam
kesetimbangan termal dengan suatu keadaan dari sistem lain.
I.8.1. Skala Temperatur
•Alat ukur temp ®“Termometer”
•Ada 4 macam skala temperatur dikenal yaitu :
Titik Triple air : 273,16 K ; 0,01 °C ; 491,69 °R ; 32.018 °F
Titik Beku air : 273,15 K ; 0 °C ; 491,67 °R ; 32 °F
Titik Didih air : 373,15 K ; 100 °C ; 671,67 °R ; 212 °F
Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair
Pada umumnya setiap zat (padat, cair dan gas) akan bertambah volumenya sebesar dV
apabila temperaturnya naik sebesar dT .

Minggu, 22 Februari 2015

Sistem Termodinamika



A.    Sistem dan lingkungan 
Suatu system termodinamika adalah suatu masssa atau daerah yang dipilih untuk dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara system dengan lingkungannya disebut batas  system ( boundary). Sifat (property ) system seperti massa , volume, energy, tekanan, dan temperatur, merupakan krakteristik mikroskopik system, di mana nilai numeriknya dapat diberikan pada suatu waktu tertentu tanpa mengetahui sejarah system itu sendiri. Keadaan ( state ) merupakan kondisi system yang dapat ditentukan oleh sifatnya. Mengingat bahwa umumnya terdapat hubungan antara sifat – sifat system, keadaan dapat ditentukan berdasarkan nilai pasangan sifatnya. Sifat – sifat yang lain dapat ditentukan berdasarkan pasangan sifatnya.
Proses dapat terjadi pada sebuah system apabila terdapat perubahan sifat sehingga terjadi perubahan keadaan dari system tersebut. Proses merupakan transformasi dari suatu keadaan ke kaadaan yang lain. Jika system menunjukan nilai sifatnya yang tetap pada dua saat yang berbeda. Maka system dapat dikatakan berada dalam keadaan yang sama. Sebuah system dikatakan dalam kondisi tunak ( steady state) jika tidak satu pun sifatnya berubah terhadap waktu. Siklus termodinamika merupakan suatu urutan proses yang berawal dan berakhir pada keadaan yang sama. Paada akhir siklus, semua sifat akan memiliki nilai yang sama dengan kondisi awal. Dengan demikian, maka dalam suatu siklus, system tidak mengalami perubahan netto. Siklus yang berulang secara periodik memegang peran penting dalam berbagai aplikasi teknik. Contohnya,  uap yang berdiskusi dalam suatu unit pembangkit tenaga listrik membentuk sebuah siklus. Pada suatu keadaan tertentu, setiap sifat memiliki nilai tertentu yang dapat ditentukan tanpa perlu mengetahui bagaimana sistem dapat mencapai keadaan tersebut.
Dengan demikian, perubahan nilai suatu sifat dapat pada saat system berpindah dari suatu keadaan ke kaadaan yang lain sangat di tentukan oleh keadaan awal dan akhir serta tidak di pengaruhi oleh langkah perubahan yang terjadi. Perubahan tidak di pengaruhi oleh sejarah dan rincian proses. Sebaliknya apabila nilai suatu besaran tidak dipengaruhi oleh proses antara dua keadaan, maka besaran tersebut merupakan perubahan sifat. Hal ini mendorong munculnya pengujiaan yang bukan saja penting namun juga memadai dalam menentukan apakah suatu besaran merupakan perubahan sebuah sifat: suatu besaran adalah sebuah sifat, jika dan hanya jika perubahan nilai diantara dua keadaan tidak dipengaruhi oleh proses. Selanjutnya,apabila nilai kuantitas tertentu bergantung pada detail proses dan tidak semata – mata tergantung pada kondisi awal dan akhir, maka besaran tersebut bukanlah sebuah sifat.
B.     Jenis sistem termodinamika
Ada tiga jenis system termodinamika berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan :
1.      Sistem Terisolasi
Pada sistem ini tidak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari system terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
2.      Sistem tertutup
Pada sistem ini terjadi pertukaran energi tapi  tidak terjadi pertukatran benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup dimana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau keduanya biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
a.    Pembatas adiabatic: tidak memperoleh pertukaran panas
b.    Pembatas rigid: tidak memperoleh pertukaran kerja.


3.      Sistem Terbuka
Pada system ini terjadi pertukaran energy dan benda dengan lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut permeable. Samudra merupakan contoh dari system terbuka.


Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.

C.    Sifat – sifat sistem
Tingkat keadaan kesetimbangan system termodinamik pada waktu tertentu dijelaskan sebagai seperangkat fungsi tingkat keadaan yang disebut sifat – sifat. Sifat – sifat merupakan fungsi tingkat keadaan sistem tersebut saja, dengan demikian sifat- sifat ini tidak tergantung pada riwayat sistem atau proses yang melaluinya tingkat keadaan tersebut tercapai. Perubahan pada nilai sifat dengan demikian ditetapkan hanya oleh tingkat keadaan awal dan akhir sistem tersebut. Sifat dapat dibagi menjadi dua kategori : intensif dan ekstensif. Sifat – sifat intensif seperti temperatur, tekanan, dan densitas tidak tergantung pada ukuran, massa atau konfigurasi sistemnya. Sifat- sifat intensif mendefinisikan tingkat keadaan intensif suatu system dan memiliki arti hanya untuk system –sistem yang berada dalam tingkat keadaan ke setimbangan. Sifat- sifat intensif dapat juga didefenidsikan pada suatu titik bilamana ukuran system yang mengelilingi titik tersebut mendekati nol.
Sifat – sifat yang tergantung pada ukuran system, seperti panjang, volume, massa dan energy merupakan sifat- sitfat ekstensif. Jumlah sifat yang diperlukan untuk mendefinisikan suatu system tergantung pada kerumitan sistem itu sendiri. Pada system sederhana. Tingkat keadaan intensif memiliki dua derajat kebebasan. Jika sistm yang demikian berada dalam kesetimbangan , tingkat keadaan intensif diberikan oleh dua  sifat intensif  bebasnya. Sistem yang mengandung lebih dari satu komponen atau lebih. Sifat- sifat yang mendefinisikan tingkat keadaan suatu system disebut sifat bebas. Sifat – sifat yang menjadi tetap apabila tingkat keadaan sistem tersebut didefinisikan oleh sifat – sifat  bebasnya disebut sifat – sifat takbebas. Sebagai contoh jika tekanan dipilih sebagai sifat bebas, dan nilai sebesar 1 atmosfer telah dipilih, maka temperature ( sifat takbebas) yang pada temperatur ini air akan mendidih ialah 1000 c.
D.    Persamaan keadaan
Di dalam fisika dan termodinamika, persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam. Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.

E.     Sistem dan persamaan keadaannya
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis, apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat mengubah jumlah partikel semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi maupun konsentrasnya. Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan seimabng termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak berubah, meskipun system berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding diatermik.

Besar/nilai koordinat sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu.  Keadaan keseimbangan termodinamika adalah sistem berada dalam keadaan seimbang termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi. Dalam keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan cenderung tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya mempelajari sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam keadaan seimbang termodinamika setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah partikel tetap mis. N mole atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan :  Semua eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara ketiga koordinat itu terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain : Dalam keadan seimbang termodinamis, hanya dua diantara ketiga koordinat system merupakan variabel bebas. Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T.
 Akan tetapi, pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan) yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar sehingga hal ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil. Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil eksperimen dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada persamaan yang digunakan sebagai berikut:
·         Jenis gas
·         Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi interaksi antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding tekanan gas nyata (Pnyata < Pideal)
·         Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan volume wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga turut diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah – Vmolekul

Maka dari itu, perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata dinyatakan dalam faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana menghasilkan persamaan untuk gas nyata yaitu:
Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan yang menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata. Beberapa persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van der Waals, persamaan Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.

F.     Properti-Properti dan Keadaan Dari Suatu Sistem

Materi yang berada dalam suatu sistem terdiri dari beberapa fase, yaitu padatan, cairan, dan gas. Fase adalah suatu kuantitas dari materi yang memiliki komposisi kimiawi yang sama secara menyeluruh. Batas-batas fase memisahkan berbagai fase dalam suatu campuran. Properti adalah suatu kuantitas yang dipakai untuk mendeskripsikan suatu sistem. Keadaan dari suatu sistem kondisinya dideskripsikan dengan cara memberikan nilai-nilai tertentu untuk propertinya pada saat tertentu.

Properti-properti yang umum adalah tekanan, temperatur, volume, kecepatan, dan posisi dan lainnya. Bentuk menjadi penting saat terdapat efek-efek permukaan yang signifikan sedangkan warna saat menyelidiki perpindahan kalor radiasi. Properti memiliki suatu nilai unik pada saat sistem berada dalam keadaan tertentu dan nilai ini tidak bergantung pada keadaan-keadaan sebelumnyayang telah dilalui sistem tersebut, artinya bukan merupakan suatu fungsi jalur. Karena suatu properti tidak bergantung pada jalurnya, setiap perubahan bergantung pada kondisi awal dan akhir dari sistem tersebut. Dengan menggunakan simbol φ untuk melambangkan properti, persamaan materinya adalah
dφ sebagai diferensial eksak; φ2 - φ1  sebagai perubahan properti bersamaan dengan berubahnya sistem dari keadaan 1 ke keadaan 2. Sehingga akan dijumpai  berbagai kuantitas, seperti usaha.
Properti termodinamika dibagi menjadi dua jenis umum, yaitu properti intesnsif dan ekstensif. Properti intensif adalah properti yang tidak bergantung pada massa dari sistemnya. Contoh, temperatur, tekanan, densitas, dan kecepatan karena properti ini berlaku untuk seluruh sistem tersebut. Jika menggabungkan dua sistem, properti intensifnya tidak dijumlahkan. Properti ekstensif adalah properti yang bergantung pada massa dari sistemnya. Contoh, volume, momentum dan energi kinetik. Jika dua sistem digabungkan, properti ekstensif dari sistem yang baru adalah penjumlahan dari properti ekstensif dari kedua sistem awalnya. Jika membagi properti ektensif dengan massanya, yang dihasilkan adalah properti spesifik. Jadi volume spesifik didefinisikan sebagai,
vin =
vin = properti intensif
V = properti ekstensif
m = massa



Properti Zat-zat Murni
Hubungan-hubungan antara tekanan, volume spesifik dan temperatur  yang mana sesuatu yang murni memiliki sifat homogen yang dapat memiliki lebih dari satu fase, tapi tiap fase harus memiliki komposisi kimiawi yang sama.

G.    PERSAMAAN-PERSAMAAN KEADAAN UNTUK GAS TAK IDEAL
Ada berbagai macam persamaan keadaan yang telah diusulkan untuk digunakan untuk gas-gas yang bersifat tak-ideal. Sifat –sifat muncul ketika tekanan menjadi relatif tinggi atau temperatur berada dekat dengan temperatur jenuh. Tidak ada kriteria yang tepat yang dapat digunakan untuk menetukan apakah persamaan pesamaan gas ideal dapat di gunakan . Biasanya suatu soal dinyatakan sedemikian rupa sehingga menjadi jelas jika efek-efek gas tak-ideal di ikut sertakan ; jika tidak sduatu soal biasany a diselesaikan dengan mengamsumsikan gas ideal. Psersamaan keadaan van der Waals dimaksudkan untuk menghitungkan volume yang di isi molekul-molekul gas dan gaya-gaya tarik menarik antar molekul .Persamaan tersebut adalah
                                                P = -
Dimana konstanta a dan b berhubungan dengan data titik kritis dalam melalui
                                                a =    b=
Konstanta ini juga di tampilkan untuk memudahkan perhitungan. Persamaan yang lebih baik adalah persamaan keadaan Redich-Kwong:
                                                P=
Di mana konstanta-konstantanya diberikan oleh
                                                a =0,4275     b=0,0867
Suatu pesamaan keadaan viral menampilkan produk Pv sebagai suatu deret ekspansi. Ekspansi yang paling umum adalah
                                                P=  +  +

Dimana penekanan terletak pada B(T) karena mempresentasikan koreksi ordo pertama untuk hukum gas ideal. Fungsi – fungsi B (T),C(T), dll harus diberikan secara spesifik  untuk gas yang di maksud.

H.    PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA

Persamaan keadaan van der Waals
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.

Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas. Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah disebutkan diatas dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku secara umum. Pertama, van der Waals menambahkan koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P’.
Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis jenis gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume gas tersebut, yaitu:
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul gas tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah mol gas dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam persamaan tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:
Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:
Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan van der Waals. Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin mendekati kondisi gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan kemampuan gas tersebut untuk dicairkan. Berikut adalah contoh nilai a dan b pada beberapa gas.





a (L2 atm mol-2)
b (10-2 L mol-1)
H2
0.244
2.661
O2
1.36
3.183
NH3
4.17
3.707
C6H6
18.24
11.54

Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-2 halaman 20. Pada persamaan van der Waals, nilai Z (faktor kompresibilitas):
Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan van der Waals terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga (persamaan kubik) dengan menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan dengan V2 (V - nb), kemudian kedua ruas dibagi dengan P, maka diperoleh:
Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals
 


Persamaan keadaan Lain pada Gas Nyata
a.       Persamaan Kamerlingh Onnes
Pada persamaan ini, PV didefinisikan sebagai deret geometri penjumlahan koefisien pada temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan) dan “Vm” (volume molar), yaitu sebagai berikut:

Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando Pada tekanan rendah, hanya koefisien A saja yang akurat, namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka koefisien B, C, D, dan seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan Kamerlingh akan memberikan hasil yang semakin akurat bila tekanan semakin bertambah.



b.      Persamaan Berhelot
Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah (≤ 1 atm), yaitu:
Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan Tc = temperatur kritis (temperatur pada titik kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini bermanfaat untuk menghitung massa molekul suatu gas.

c.       Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman ini terdiri atas dua persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan kedua untuk mencari nilai volume molar (Vm).
          Dimana:
Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada setiap gas. Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang didapat melalui eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan tekanan yang luas.

Persamaan keadaan Redlich-Kwong
Menggunakan faktor kompresibilitas:  Persamaan keadaan Van der Waals
Persamaan keadaan Redlich-Kwong:

Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan Van der Waals menjadi:

Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksprimen dan dari segi teori. Hukum-hukum berikut diperoleh dari hasil-hasil eksperimen, yaitu:

Hukum Boyle
Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperature,tetap berbanding terbalik dengan tekanannya.Secara sistematis dapat ditunjukan :
V = K1/ P
V  =Volume gas.
P   =Tekanan gas.
K1 =Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas, jens gas dan satuan P dan V 

Hukum Charles
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:
\frac{V}{T} = k
dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.

Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802, namun dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar tahun 1787 yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal. Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan naiknya suhu. Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis dapat ditulis:
V = b.T
T = suhu dalam Kelvin
b  = tetapan
V = volume gas

Avogadro
Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama. Karena jumlah partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka hukum Avogadro sering dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama (konstan),gas-gas dengan volume yang sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
V = a.n
V = volume gas pada suhu dan tekanan  tertentu
A = tetapan
n  = jumlah mol


Contoh Soal:

1.      Sebuah ban mobil dengan volume 0.6 m3 diisi hingga ke tekanan 200Kpa. Hitunglah massa udara dalam ban tesebut jika temperaturnya adalah 200C .
Penyelesaian:
Udara di asumsikan sebagai gas ideal dengan kondisi-kondisi yang di berikan.Dalam persamaan gas ideal, PV=mRT.kita gunakan tekanan absolut .jadi dengan menggunakan Patm=100Kpa
                        P=200+100=300Kpa dan T=20+273=293K

Massa yang dihitung sebesar
            M= = =2.14 kg
Satuan yang digunakan dalam persamaan di atas harus di periksa kembali.

2.      Hitunglah tekanan uap pada temperatur 5000C dan idensitas 24 kg/m3 dengan mengunakan (a =   dan b = )
a.    Pesamaan gas ideal
b.    Persamaan van der Waals
Penyelesaian:
a.       P = (24)(0,46)(773) = 8534 Kpa.
b.      Dengan mengunakan nilai-nilai untuk a =   dan b = , persamaan van der waals menghasilkan
P = =  =7950 Kpa

LATIHAN
1.      Massa jenis nitrogen 1,25 kg/m3 pada tekanan normal. Tentukan massa jenis nitrogen pada suhu 42º C dan tekanan 0,97 105 N m-2!

Jawab: p2 = 0,9638 kg/m3

2.      Dua kilogram R134a berada dalam suatu rangkaian piston-silinder,seperti di tunjukkan dalam gambar di bawah ini . Piston berdiameter 20mm dan berbobot 48 kg tersebut dibiarkan bergerak ke atas dengan bebas hingga temperatur mencapai  1600C. Hitunglah volume akhirnya.

Jawab: 1,60 x 106 Pa atau 1,6 Mpa